Bahasa Gaul, Kebiasaan Netizen +62, dan Komnas PA yang terlalu Berlebihan


 


Pemakaian bahasa gaul yang berlangsung dilapisan remaja memang tidak dapat dibendung lagi. Di masa kekinian ini, bermacam arti, pilihan kata, atau kosakata baru dalam komunikasi setiap hari semakin banyak muncul. Dari mulai kata plesetan, singkatan, sampai arti absurd semakin asing terdengar ditelinga.

Bermain Togel Untuk Melatih Daya Hitung

Seperti wadidaw, mantul, santuy, baper, bucin, gabut, mager, gercep, pansos, ambyar, melehoy, komuk, gaje, gilbang, modus, woles, caper, sotoy, barbar, serta seribu jenis arti lain nya yang termasuk di dalam bahasa yang masih tetap halus.


Adapula beberapa istilah atau kata kasar yang berkonotasi negatif, yang sering dipakai untuk menggempur, mengejek, merendahkan, atau membully seorang.


Seperti bacot, misqueen, bomat, bangsat, kampret, anjing, babi, syaiton, idiot, goblok, sarap, kunyuk, asu, serta bermacam variasi beberapa kata menakutkan yang tidak enak untuk didengar lain nya.


Entahlah siapa yang pertama-tama mengawali serta bagaimana kelompok pilihan kata, arti serta sumpah serapah itu jadi terkenal dilapisan remaja, mereka justru berasa pemakaian beberapa istilah itu ialah hal yang umum serta boleh-boleh saja dilaksanakan dalam pertemanan setiap hari.


Untuk kawula muda, saya juga tidak dapat terlepas dari kelompok istilah-isitlah itu, serta seringkali sering memakainya dalam pertemanan setiap hari, tetapi saya tidak biasa berbahasa begitu barbar (baca : liar). Rasa-rasanya tidak nyaman, ditambah lagi sampai menyentuh serta melemparkan bahasa kebun binatang serta beberapa variasinya itu pada rekan sendiri.


Kemungkinan arti yang seringkali saya katakan untuk tanggapan ketakjuban atau kagum pada suatu hal ialah kata "Anjay". Ya, Anjay ialah satu kata yang sekarang dipermasalahkan serta jadi masalah di ruang umum saat seorang selebriti namanya Lutfi Agizal membuat pengaduan pada Komnas PA yang memandang kata Anjay berarti negatif serta dapat menghancurkan kepribadian beberapa anak.


Pada akhirnya Komnas PA juga membuat wartawan launching ajakan untuk hentikan memakai kata "Anjay".


Bukan warganet +62 namanya jika tidak langsung membalasnya dengan tindakan kritikan. Keriuhan juga berlangsung saat itu juga di Twitter dan Instagram, banyak warganet yang mencela, serta membully Lutfi Agizal serta Komnas PA sebab dipandang terlalu berlebih dalam melihat kasus ini.


Walau Komnas PA akui jika perbuatannya itu dilandasi atas banyak laporan dari warga yang cemas bila anak-anaknya jadi ikutan memakai arti Anjay, warganet menanyakan mengapa cuma kata Anjay saja yang dilarang dipakai?


Walau sebenarnya masih ada arti yang lain semakin lebih kasar, kotor serta beresiko jika seringkali disampaikan oleh beberapa anak kita. Jujur saja, saya juga jadi turut terpancing serta tidak mengerti kenapa Komnas PA mempersoalkan hal yang sebetulnya tidak penting ini.


Postingan populer dari blog ini

Individual center tissues that can easily produce cardiomyocytes in society

Peregrine chicks fledge on Ely Basilica roofing system survive on video cam

strongman policy. Columbia Educational